Bukan Kupat Tahu Biasa, Doclang Khas Bogor Punya Kisah Unik Tersendiri dengan Lontong yang Wajib Berbungkus Daun Patat!


Sepiring doclang, kupat tahu khas Bogor. Lontong untuk doclang wajib dibungkus dengan daun patat. Foto: Cookpad/Pawon Erna,

Doclang adalah salah satu makanan khas Bogor yang cukup legendaris. Konon, para pedagang di Bogor sudah menjajakan doclang sejak era 1700-an, lo.

Sajian ini dikenal sebagai salah satu kuliner tradisional yang sederhana tetapi memiliki cita rasa yang unik di lidah.

Doclang sering dianggap makanan yang mirip dengan kupat tahu khas Bandung. Namun, doclang tentu memiliki ciri khas tersendiri.

Sajiannya berupa potongan lontong yang dibungkus daun patat (mirip daun kunyit atau pandan hutan yang lebar), tahu kuning yang digoreng setengah matang, taoge, kentang dan telur rebus, serta disiram bumbu kacang yang gurih, manis, pedas, dan  kental.

Namun bagaimana, sih, awal mula hadirnya doclang hingga menjadi makanan khas dari Kota Hujan?

KISAH UNIK PENAMAAN DOCLANG

Doclang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner tradisional Bogor sejak lama, meskipun sejarahnya pastinya tidak terdokumentasi dengan jelas.

Kuliner ini diyakini berasal dari kebutuhan masyarakat lokal dalam menciptakan makanan yang praktis, murah, dan mengenyangkan.

Oleh karena itu, doclang menggunakan bahan-bahan sederhana seperti lontong, tahu, taoge, kentang, telur, dan sambal kacang.

Nama “doclang” sendiri kemungkinan berasal dari bahasa Sunda, meskipun nama tersebut sebenarnya tidak memiliki arti yang eksplisit.

Ada dugaan, nama itu merupakan bentuk adaptasi dari istilah lokal yang merujuk pada makanan cepat saji atau makanan rakyat.

Pendapat lain mengatakan, penamaan doclang dipercaya berasal dari kata “docokan” yang berarti “disatukan” atau “dijadikan satu”.

Bahkan ada pula yang berkisah, pada zaman kolonial, di kawasan Jembatan Lima, Bogor, makanan yang mirip kupat tahu khas Bandung dan dijajakan dengan cara dipikul ini kerap dibeli oleh orang-orang Belanda untuk sarapan.

Seiring waktu, makanan khas ini lalu dikenal sebagai kupat tahu langganannya orang Dutch land, merujuk pada tanah kelahiran orang Belanda. Kemudian, pelafalannya oleh warga lokal Bogor bergeser menjadi “doclang”.

Maka, lahirlah nama populer di kalangan warga lokal Bogor sebagai kupat tahu doclang atau disebut hanya doclang saja, sebagaimana yang kita tahu hingga kini.

CIRI KHAS SEPIRING DOCLANG

Doclang memiliki beberapa elemen unik yang membedakannya dari makanan sejenis, terutama kupat tahu.

1. Lontong Berbungkus Daun Patat

Warga lokal Bogor menyebut lontong yang digunakan dalam doclang dengan nama pesor. Lontong ini dibungkus dengan daun patat (sejenis daun pandan hutan), yang dipercaya berfungsi sebagai antibakteri dan memberikan aroma khas yang berbeda dari lontong biasa.

Daun patat banyak terdapat di kaki Gunung Salak, Bogor. Tak heran jika warga lokal memanfaatkan daun patat sebagai pembungkus lontong atau yang kerap disebut pesor.

2. Bumbu Kacang

Bumbu kacang atau sambal kacang dalam sajian doclang memiliki rasa gurih, manis, dan sedikit pedas, yang merupakan pelengkap utama doclang.

Biasanya, kacang tanah sebagai bahan utama sambalnya tidak ditumbuk terlalu halus sehingga masih terasa bertekstur.

3. Bahan Tambahan Lain

Selain lontong, doclang disajikan bersama tahu kuning goreng, kentang rebus atau goreng, telur rebus, taoge, kerupuk, dan taburan bawang goreng.

FILOSOFI DAN TRADISI DOCLANG

Bagi warga Bogor, doclang bukan sekadar makanan tradisional yang bisa disantap sebagai menu  sarapan, makan siang atau makan malam saja.

Doclang juga sering dianggap sebagai simbol kebersamaan dan kesederhanaan, yang mencerminkan kehidupan masyarakat Bogor yang dikenal ramah dan bersahaja.

Sebagai makanan kaki lima, doclang biasanya dijual oleh pedagang keliling dengan cara dipikul, menggunakan gerobak, atau mangkal di warung-warung sederhana di pinggir jalan.

Tradisi inilah yang turut memperkuat identitas doclang sebagai bagian dari budaya lokal yang erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Bogor.

Salah satu pedagang doclang yang masih tersisa di Bogor. Jumlah pedagang doclang kini semakin menurun | Foto: Facebook/Elfa Hermawan.
POPULARITAS DOCLANG DI MASA KINI

Sebagai makanan tradisional, doclang juga menghadapi tantangan di zaman modern ini, seperti terjadinya perubahan gaya hidup dan munculnya makanan cepat saji. Perubahan ini tentu memengaruhi popularitas doclang.

Selain itu, ada pula keluhan dari para pedagang yang turun temurun telah berjualan doclang. Saat ini, mereka mulai sering kesulitan mendapatkan daun patat.

Sangat mungkin, perubahan zaman itulah yang menyebabkan para pedagang doclang mulai berkurang jumlahnya.

Bagaimanapun juga, jika doclang tidak disajikan dengan lontong yang dibungkus daun patat, akan dianggap bukan doclang Bogor yang sejati.

Upaya untuk melestarikan doclang terus dilakukan, terutama oleh para pedagang lokal dan komunitas pencinta kuliner khas Nusantara.

Doclang bukan sekadar makanan tradisional tetapi juga warisan budaya yang mencerminkan kekayaan dan tradisi asli Bogor.

Tidak heran, doclang sebagai makanan khas Bogor ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Provinsi Jawa Barat oleh Kemendikbudristek.

Saat ini, masih terdapat sekitar 4 sampai 5 pedagang doclang gerobakan yang dapat ditemui di sekitar area Jembatan Lima, Bogor, sejak pagi hari hingga malam hari.

Harga per porsi doclang berkisar antara Rp 10.000 (tanpa telur) hingga Rp 15.000 dengan tambahan telur.

Jika Anda berkunjung ke Bogor, jangan lupa untuk menikmati sepiring doclang dari pedagang kaki lima, demi pengalaman kuliner tak biasa!


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *