
Sebuah ungkapan berbahasa Inggris mengatakan, “You are what you eat.” Anda adalah apa yang Anda makan.
Ungkapan itu tidak keliru. Apa yang kita makan memang bisa sangat memengaruhi kondisi hidup kita.
Makanan yang sehat tentu akan membuat tubuh kita menjadi sehat pula. Sebaliknya, makanan yang tidak sehat bisa menyebabkan kita lebih mudah sakit dan menderita.
BACA JUGA: Mengapa Banyak Orang Lebih Betah Ngobrol di Dapur? Menurut Penelitian, Begini Penjelasannya!
Hubungan antara makanan dan kehidupan pasti akan terasa dampaknya, baik langsung maupun tidak langsung.
Lebih jelasnya begini. Dengan rutin mengonsumsi makanan yang sehat plus menjalani hidup sehat, tubuh kita akan selalu bugar.
Orang yang bugar tentu punya modal lebih besar untuk menjalani hidup lebih bahagia ketimbang orang yang sakit-sakitan.
Hubungan yang sangat logis, bukan?
Bayangkan saja, kondisi tubuh yang sakit, apalagi yang kronis dan berat, bisa mengubah secara dratis tingkat kebahagiaan seseorang, lo.
Banyak bukti bahwa menderita penyakit kronis bisa membuat seseorang jadi lebih mudah uring-uringan dan tidak bahagia.
Para orang tua kita menyebut mereka yang gampang uring-uringan sebagai orang bludrek. Ini diambil dari istilah Belanda, bloeddruk, yang berarti tekanan darah (tinggi).
Tekanan darah tinggi, salah satu penyakit kronis yang umum terjadi, memang bisa membuat seseorang menjadi mudah merasa pusing.
Ini baru salah satu contoh hubungan antara makanan dengan kehidupan kita.
Antara sebab dan akibat bisa memerlukan waktu yang sangat panjang. Tidak instan.
Artinya, penyakit kronis yang timbul pada hari ini bisa merupakan akibat dari akumulasi pola makan, termasuk pola hidup yang tidak sehat.
Kebiasaan itu mungkin sudah dimulai sejak beberapa tahun hingga belasan tahun yang lalu.
HUBUNGAN LANGSUNG ANTARA MAKANAN DAN MOOD
Lantas, bagaimana dengan hubungan langsung antara makanan dengan kehidupan kita? Adakah makanan atau minuman yang secara langsung memengaruhi mood dan kebahagiaan kita?
Ahli gizi menjawab: ada!
Dalam jangka pendek, kebahagiaan bisa diukur dari suasana hati (mood) seseorang. Faktanya, memang ada makanan tertentu yang secara langsung dapat memengaruhi mood kita.
Mood dikendalikan oleh sistem saraf pusat di otak, yakni oleh zat yang disebut neurotransmitter atau si pengirim pesan antar-saraf.
Salah satu zat neurotransmitter penting di dalam otak adalah serotonin. Zat ini dapat memengaruhi bahagia atau tidaknya seseorang.
Berdasarkan penelitian, kadar serotonin yang rendah biasa dijumpai pada orang-orang yang mengalami depresi (kondisi tidak bahagia).
Wah, ajaib juga ya, serotonin ini. Lantas, apa saja, sih, zat gizi yang dapat memengaruhi kadar serotonin?
1. Karbohidrat
Zat gizi ini perlu disebut paling awal sebab ia merupakan nutrisi makro yang paling banyak kita konsumsi di kehidupan kita.
Karbohidrat sangat berperan penting dalam menyediakan gula di dalam darah. Gula ini akan membantu produksi serotonin di dalam otak.
Inilah yang menjelaskan mengapa kita akan merasa nyaman saat kenyang setelah makan.
Sebaliknya, pada saat kita mengalami hipoglikemia (kadar gula darah rendah), misalnya saat lapar berat atau sehabis berolahraga berat, kita biasanya akan merasa gelisah dan tidak nyaman.
Otak seolah menjadi tumpul dan tidak bisa diajak bekerja. Sebelum bertemu makanan, kita merasa gelisah dan mood pun menjadi buruk.
Namun begitu, kalau kita makan, mood bisa kembali membaik dan otak pun siap diajak bekerja kembali. Nah, karbohidrat inilah yang merupakan salah satu nutrisi penting untuk memproduksi serotonin.
Itu sebabnya, mereka yang menjalani diet ketat rendah karbohidrat akan merasakan kondisi mudah lapar, lemas, mood tidak baik, hingga depresi.
Karena adanya risiko depresi inilah para ahli nutrisi menyarankan agar orang-orang yang sedang menjalani diet rendah kabrohidrat sebaiknya melakukan diet di bawah pengawasan dokter.
2. Vitamin B
Vitamin B ini terutama meliputi vitamin B-1 (tiamin), B-12 (kobalamin) dan B-9 (asam folat). Ketiga jenis vitamin B ini biasa disebut vitamin B Kompleks. Terutama pada orang-orang tua, vitamin B Kompleks sangat diperlukan untuk menjaga kadar normal serotonin.
Orang yang kekurangan vitamin B dan asam folat bisa mengalami penurunan serotonin di dalam otak.
Dampaknya, mereka menjadi mudah mengalami kelelahan, tidak bergairah, serta mood kurang baik seperti orang yang mengalami depresi ringan.
Sebaliknya, orang yang tercukupi kebutuhan vitamin B Kompleks-nya akan lebih mudah bangun pagi dengan pikiran yang segar.
Selain itu, badan pun lebih aktif dan bertenaga, siap menjalani aktivitas sehari-hari.
Kondisi cukup vitamin B pun bisa membuat tidur lebih nyenyak sehingga kualitas istirahat menjadi lebih baik.
Inilah salah satu yang menjelaskan mengapa kita bisa bangun lebih bugar ketika minum suplemen vitamin B Kompleks, namun menjadi loyo kembali bila tidak minum suplemen itu.
3. Mineral
Untuk mineral, yang terpenting adalah zat besi dan selenium. Zat besi diperlukan tubuh untuk memproduksi hemoglobin (komponen sel darah merah).
Sel darah merah diperlukan oleh tubuh untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh serta membantu proses pembakaran energi.
Orang yang kekurangan zat besi akan mengalami anemia (kurang darah) yang dapat menyebabkan proses produksi energi menjadi terganggu.
Gejalanya seperti dalam ungkapan populer “5L”, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lunglai.
Begitu juga orang yang kekurangan zat selenium. Ia akan merasakan kondisi mirip depresi, seperti yang dialami oleh orang dengan kadar serotonin rendah di otaknya.
4. Omega-3
Zat ini merupakan salah satu jenis lemak esensial yang diperlukan untuk menjaga kesehatan pembuluh darah.
Pengaruh zat gizi ini terhadap mood sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Namun para peneliti menemukan adanya hubungan antara kondisi kekurangan omega-3 dengan rendahnya kadar serotonin di dalam otak.
Dengan kata lain, orang yang kekurangan omega-3 lebih mudah mengalami mood buruk dan gejala seperti orang depresi.
Oleh karena itu, sejumlah nutrisi penting yang disebutkan di atas sangat diperlukan untuk menjaga kadar serotonin tetap normal.
Jika serotonin sudah dalam kadar normal, makanan-makanan bergizi yang dikonsumsi tidak akan membuat serotonin menjadi lebih tinggi lagi.
Sama halnya seperti gula darah, serotonin pun memiliki batas minimal dan ada batas maksimalnya.

SUMBER MAKANAN LAIN YANG BISA MEMENGARUHI MOOD
Oh ya, selain nutrisi-nutrisi yang disebutkan di atas, ada beberapa sumber makanan lain yang juga punya efek langsung terhadap kebugaran otak kita, lo.
Contoh yang paling gampang adalah kafein. Zat yang banyak terdapat di dalam kopi dan teh ini bisa membuat kita yang sudah capek menjadi bugar dan kuat bekerja lagi.
Setelah coffee break, biasanya otak yang tadinya mulai terasa tumpul bisa fokus lagi.
Dalam dosis wajar, yakni di bawah 50 mg, kafein bisa memberi efek segar dan memperbaiki mood. Jumlah 50 mg ini kira-kira setara dengan kopi atau teh satu cangkir.
Namun begitu, kafein bukan termasuk nutrisi yang disarankan untuk menjaga level serotonin yang normal . Sebab, kafein bukanlah nutrisi esensial yang harus ada di dalam makanan kita.
Apalagi jika melihat dampaknya, rasa segar yang ditimbulkan oleh kafein saat ini harus dibayar dengan rasa kantuk pada esok hari. Kecuali kalau kita minum kafein lagi, begitu seterusnya.
Selain itu, jika kita minum kopi atau teh yang terlalu pekat, efeknya justru bisa berkebalikan dari manfaat baiknya.
Bukannya rasa segar yang kita dapat, tetapi justru jantung berdebar-debar, sulit tidur, hingga merasa gelisah.
Ini terjadi karena minuman berkafein (kopi, teh) juga mengandung zat teofilin dan teobromin, yang dalam dosis besar bisa mengganggu sistem saraf di otak.
Wah, kalau begitu kita harus hati-hati betul, ya, dalam mengonsumsi sumber makanan sehari-hari.
Konsumsilah makanan dan nutrisi yang tepat agar tubuh tetap sehat, mood selalu terjaga, plus pola hidup yang juga baik dan sehat.