
Di berbagai wilayah di Indonesia, daun kemangi yang memiliki aroma wangi yang khas kerap digunakan untuk berbagai jenis hidangan.
Yang paling sering kita jumpai adalah sebagai lalapan mentah atau pelengkap hidangan bersambal. Misalnya, pada sajian ayam goreng, bebek goreng, lele goreng, ikan bakar, dan sebagainya.
Di Jawa Timur, daun kemangi banyak digunakan sebagai pelengkap hidangan pecel atau botok (pepes dengan bungkus tum).
Dalam tradisi masak suku Sunda dan Betawi, kemangi biasa digunakan untuk aneka pepes, laksa, atau karedok.
Bau daunnya yang harum bahkan mampu menetralkan bau amis pada ikan serta menghadirkan aroma lebih wangi pada ragam makanan.
ZAT UNIK YANG TERKANDUNG DALAM DAUN KEMANGI
Daun kemangi yang dihidangkan sebagai lalapan mentah biasanya tersaji dalam jumlah yang cukup banyak.
Akan tetapi, sebagai pelengkap pada lauk utama, seperti pada aneka tumisan, sayur berkuah santan atau pepes, penggunaannya sedikit saja.
Sebagaimana lalapan hijau lainnya, daun kemangi juga mengandung serat, lo.
Tetapi, karena konsumsi daun kemangi biasanya hanya sedikit saja, kita tentu tak bisa berharap banyak dari manfaat serat yang dikandungnya.
Selain mengandung serat, daun kemangi juga memiliki kandungan mineral dan vitamin.
Tetapi, ya itu tadi, karena jumlah konsumsinya sedikit, manfaat kedua zat gizi dari daun kemangi tadi pun tak bisa diandalkan .
Lantas, manfaat apa yang bisa kita peroleh dari daun kemangi, yang hanya kita konsumsi sedikit itu?
Jawabnya, tak lain adalah kandungan zat unik di dalamnya, yakni minyak atsiri.
Keunikan daun kemangi memang terletak pada kandungan minyak atsiri ini.
Berbeda dari kebanyakan jenis lalapan lain, daun kemangi tergolong memiliki kandungan minyak atsiri yang banyak.
Minyak atisiri adalah kelompok minyak yang mudah menguap, yang menyebabkan tanaman menjadi beraroma wangi.
Kandungan atsiri pada daun kemangi terbilang tinggi, lo, bisa mencapai sekitar 1 persen. Minyak atsiri ini bisa diekstraksi dan digunakan untuk berbagai keperluan farmasi serta kosmetik.
Minyak atsiri pada daun kemangi memiliki manfaat seperti halnya minyak angin. Yakni, dapat dioleskan di permukaan kulit untuk meredakan sakit kepala, flu, hingga masuk angin.
Kandungan utama minyak atsiri pada daun kemangi antara lain linalool, metilkaviol, eugenol, terpineol, geraniol, safrol, sineol, dan masih banyak lagi.
Kandungan eugenol membuat minyak atsiri pada daun kemangi memiliki efek menenangkan, seperti manfaat minyak cengkih.
Secara tradisional, daun kemangi juga bisa digunakan untuk mengusir bau badan, bau mulut, perut kembung, serta merangsang nafsu makan.
Bahkan di India, daun kemangi dipercaya mampu meningkatkan stamina pria, lo.
DAMPAK BAIK DAN BURUK KANDUNGAN MINYAK ATSIRI
Sebuah penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, menunjukkan, minyak astiri kemangi memiliki efek antijamur dan menenangkan.
Sementara, menurut laporan yang dipublikasikan Journal of Medicinal Plants Research, minyak atsiri kemangi juga memiliki efek antioksidan, sama seperti khasiat vitamin.
Namun selain bermanfaat bagi kesehatan, sebagian komponen minyak atsiri pada kemangi juga diyakini memiliki efek merugikan bagi kesehatan.
Misalnya, kandungan safrol yang dicurigai dapat menjadi racun bagi hewan. Wah, kok, bisa?
Dalam taksonomi tumbuhan, kemangi masih memiliki hubungan kekerabatan dengan tumbuhan selasih. Secara fisik, tampilan keduanya sangat mirip, kendati penggunaannya berbeda.
Menurut hasil penelitian Department of Animal Science Cornell University, Amerika Serikat, golongan tanaman Ocimum (keluarga selasih) termasuk tanaman yang mengandung senyawa beracun bagi hewan.
Itulah sebabnya, tumbuhan selasih dapat digunakan sebagai pengusir nyamuk. Minyak atsiri yang dikandung tumbuhan selasih juga dapat digunakan sebagai pestisida alami.

TETAP AMAN ASAL JANGAN BERLEBIHAN
Fakta di atas tentu tidak bisa langsung digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa baik selasih maupun kemangi otomatis memiliki efek buruk yang sama.
Pasalnya, sejauh ini belum banyak penelitian mengenai efek zat yang terkadung pada selasih dan kemangi terhadap tubuh manusia.
Namun, karena kekerabatan kedua tumbuhan ini masih tergolong dekat, kita sebaiknya berhati-hati dalam mengonsumsi kemangi, terutama dalam jumlah yang terlalu banyak.
Sering kita dengar nasihat, “Apapun yang berlebihan menjadi tidak baik dampaknya”.
Karena itu, fakta di atas juga bukan berarti kita harus menjauhi kemangi.
Kita tak perlu khawatir berlebihan karena jika mengonsumsinya dalam jumlah sedikit dan wajar, sebagaimana cara konsumsi orang Indonesia selama ini, tak perlu ada yang dikhawatirkan.
Apalagi, sejauh ini tidak ada laporan mengenai efek beracun dari zat yang terkandung dalam kemangi terhadap manusia.
Nah, apakah Anda termasuk penggemar lalapan daun kemangi? Konsumsilah dalam jumlah yang wajar, ya!