
Anda tahu buah sawo, kan? Mungkin saja banyak yang belum pernah lihat atau pegang langsung buahnya walaupun sudah sering dengar namanya. Pasalnya, buah sawo memang kurang populer.
Ya, benar. Bentuk buah sawo bulat agak lonjong seperti telur, tapi ukurannya agak lebih besar daripada telur ayam maupun bebek. Warna kulit buahnya cokelat kusam.
Kulit sebagian orang Indonesia sering dikatakan berwarna sawo matang. Sebab, nuansa cokelatnya memang mirip dengan warna kulit buah sawo yang sudah matang.
Daging buah sawo yang sudah matang juga berwarna cokelat, agak lebih cerah daripada kulit buahnya. Dagingnya lembut dan berair. Sedikit di bagian tengahnya berwarna putih.
Di dalam daging buah terdapat beberapa biji sawo. Sebutannya, “kecik”.
Dulu, di zaman “rikiplik”, anak-anak desa biasa mengumpukan kecik. Biji sawo ini dipakai untuk bermain. Permainannya disebut kecikan.
Kurang Populer
Entah mengapa buah sawo ini kalah populer dibandingkan, misalnya, durian, pisang, mangga, salak, semangka, melon, dll. Sangat sulit menjumpai buah sawo di lapak-lapak pedagang buah pada umumnya.
Padahal, rasa daging buah sawo juga lezat, manisnya khas. Daging buahnya seperti mengandung butiran-butiran mirip pasir yang sangat halus ketika dikunyah.
Popularitas sawo yang rendah sangat mungkin disebabkan populasi pohon sawo dan pembudidaya sawo yang juga terbatas. Akibatnya, suplainya terbatas.
Salah satu sentra pembudidaya sawo yang terkenal adalah di Sumedang, yakni di Desa Sukatali, Kecamatan Situraja.
Selain di Sumedang, buah sawo hampir selalu bisa dijumpai di lapak pedagang buah sawo di sekitar Taman Tegallega, Kota Bandung. Di sini, sawo dijual kiloan. Harga per kilonya Rp 25 ribu. Satu kilo isinya antara 10 sampai 12 buah sawo.
Menurut pedagangnya, buah sawo yang dijual di Taman Tegallega ini juga diambil dari Sumedang.
Adakah sentra budidaya sawo selain di Sumedang? Jika ada, silakan informasikan di kolom komentar. Makin banyak lalu lintas informasi pasti makin bagus untuk pengetahuan kita tentang dunia perbuahan.
Kandungan Nutrisi Sawo
Istilah ilmiah untuk sawo adalah Manilkara Zapota.
Di balik penampilan visualnya yang agak kusam, buah Manilkara Zapota ini ternyata mengandung beberapa nutrisi yang bermanfaat.
Sawo kaya akan serat, vitamin C, vitamin A, serta mineral seperti kalium, kalsium, dan zat besi.
Kandungan gula alaminya menyediakan energi instan. Dengan begitu, sawo bisa menjadi pilihan asupan sehat bagi siapapun yang membutuhkan suntikan tenaga.
Manfaat Kesehatan
Apa saja manfaat sejumlah nutrisi dalam buah sawo bagi kebugaran tubuh?
Kandungan serat dalam sawo membantu melancarkan pencernaan, mencegah sembelit, dan menjaga kesehatan usus.
Vitamin C yang tinggi berfungsi sebagai antioksidan yang melawan radikal bebas dan meningkatkan sistem imun tubuh.
Kandungan vitamin A-nya bermanfaat untuk kesehatan mata, menjaga penglihatan tetap tajam, dan mencegah kerusakan retina.
Mineral dalam sawo juga tak kalah penting. Kalium membantu mengatur tekanan darah dan mendukung fungsi jantung yang sehat.
Kalsium dan zat besi memperkuat tulang serta mencegah anemia.
Sementara itu, kandungan tanin dalam sawo memiliki sifat antiinflamasi yang dapat meredakan iritasi pada saluran pencernaan.
Produk Turunan Buah Sawo
Kita tahu ada banyak produk olahan yang berasal dari buah-buahan.
Ada dodol durian, dodol apel, keripik pisang, keripik nangka, selai nanas, minuman berbasis anggur, manisan dari berbagai macam buah-buahan, dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan sawo? Sepertinya belum terlalu dikembangkan walaupun sudah ada yang memulai.
Para pelaku UMKM di Sumedang sudah mengolah sawo Sukatali menjadi produk berupa dodol. Ya, dodol sawo! Dodol ini sekarang menjadi produk unggulan dari Kecamatan Situraja.
Selain diolah menjadi dodol, buah sawo tampaknya juga berkemungkinan diolah menjadi jus, selai, es krim, atau makanan penutup lainnya.
Produk-produk turunan ini akan memperpanjang mata rantai produksi sebelum sampai ke konsumen. Istilahnya, hilirisasi. Jadi, sawo tidak hanya dijual langsung dalam kondisi segar tapi bisa pula diproses lagi menjadi produk olahan.
Dengan begitu, proses yang lebih panjang itu juga akan menyerap lebih banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan. Produk olahan juga dapat memberikan alternatif yang menarik bagi konsumen.
Yuk, kita konsumsi dan populerkan buah-buahan lokal, dan kita kembangkan pula produk turunannya.