
Hah, piring terbang? Bukankah ini istilah yang sering muncul dalam cerita dan film bergenre science fiction, ya?
Betul. Piring terbang biasanya adalah sebutan untuk pesawat canggih berbentuk ceper seperti piring, melayang secepat kilat di udara, dikendarai oleh makhluk aneh dari luar angkasa.
Lalu, USDEK. Apa pula ini? Istilah yang terdengar aneh.
Sabar. Nanti kita eksplorasi satu persatu di bawah. Walaupun terdengar aneh, kedua istilah itu sebenarnya berhubungan erat dengan makanan dan upacara pernikahan tradisional di Jawa.
Bukan UFO dan Bukan Politik di Era Presiden Sukarno
Istilah “piring terbang” biasanya memang erat kaitannya dengan kisah-kisah fiksi ilmiah.
Sebutan lain untuk piring terbang adalah UFO alias unidentified flying object—benda terbang melayang-layang tapi tak diketahui objek apa itu sebenarnya. Sebagian orang percaya bahwa benda asing itu adalah pesawat milik makhluk luar angkasa.
Akan tetapi, ada pula piring terbang yang bukan UFO. Dalam konteks hajatan dan upacara pernikahan tradisional di Jawa, Piring Terbang adalah cara menyuguhkan hidangan kepada para tamu.
Lalu USDEK itu apa?
Jika Anda suka mempelajari sejarah nasional, Anda pasti tahu, istilah ini pernah populer pada era pemerintahan Presiden Sukarno. Lengkapnya adalah Manipol USDEK.
Manipol USDEK adalah pemikiran Presiden Sukarno yang menjadi pedoman politik negara dan pemerintahan saat itu. Manipol adalah singkatan dari Manifesto Politik. Sedangkan USDEK adalah singkatan dari Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia.
Tetapi, lagi-lagi, yang kita bahas di sini bukan USDEK dari Presiden Sukarno, melainkan USDEK dalam acara hajatan pernikahan di Jawa.
Dalam kaitannya dengan hajatan pernikahan, USDEK adalah kependekan dari Unjukan (minuman), Sop (sup), Dhahar (makan), Es Podeng (hidangan es), dan Kondur (pulang).
Singkatnya, USDEK dalam upacara pernikahan Jawa adalah urutan hidangan yang disuguhkan kepada para tamu.
Jadi antara Piring Terbang dan USDEK ini memang saling berkaitan erat. Jika Piring Terbang adalah cara menyajikan hidangan kepada tamu, sedangkan USDEK adalah urutan jenis hidangannya.

Piring Terbang Vs. Prasmanan
1. Prasmanan
Anda tentu sudah tidak asing dengan istilah “prasmanan”. Istilah ini juga mengacu pada cara menyuguhkan hidangan untuk para tamu, terutama dalam acara-acara resmi dan formal. Salah satunya dalam acara hajatan pernikahan.
Dalam konsep prasmanan, para tamu dipersilakan melayani dirinya sendiri. Berbagai jenis hidangan disajikan. Para tamu memilih dan mengambil sendiri. Mengambil piring dan sendok sendiri, mengambil nasi dan lauk pauk sendiri, atau dipersilakan datang ke sejumlah booth untuk mengambil makanan yang disukai.
Dalam konsep ini, sebagian besar tamu biasanya juga makan sambil berdiri saja. Tidak harus duduk di kursi tertentu dan menghadap meja makan.
Konsep inilah yang sekarang banyak dipakai dalam acara-acara pernikahan modern di Indonesia, terutama di area perkotaan. Para tamu datang, mengisi buku tamu, menerima suvenir, memilih hidangan sendiri, menyantap hidangan sambil berdiri, bersalaman dan berfoto dengan mempelai, lalu pamit pulang. Serba ringkas, cepat, dan efisien.
Istilah prasmanan ini konon berasal dari istilah Belanda, “Frans man“, yang berarti orang Prancis. Jadi, cara mengambil dan menyantap suguhan seperti itu adalah cara orang Prancis. Dalam bahasa Prancis sendiri, cara menghidangkan makanan seperti itu disebut buffet.
Cara orang Prancis ini konon diperkenalkan ke wilayah Hindia Belanda pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Belanda, Herman Willem Daendels.
Daendels inilah yang memprakarsai pembangunan jalan raya dari Anyer sampai Panarukan dengan sistem kerja paksa atau rodi. Pada masa inilah, para pribumi pekerja paksa diberi makan dengan mengantre, berbaris, lalu mengambil makanan yang sudah disediakan di meja-meja panjang. Itulah konon cikal bakal tradisi prasmanan di Indonesia.
2. Piring Terbang
Cara menyuguhkan makanan ala prasmanan itu berbeda dengan konsep Piring Terbang dalam acara-acara kondangan pernikahan di Jawa.
Dalam upacara pernikahan tradisional Jawa, para tamu dipersilakan duduk di kursi-kursi yang sudah tersedia. Jumlah kursi tentu sudah disesuaikan dengan jumlah undangan. Misalnya, 100 kursi.
Para tamu umumnya akan tetap duduk di situ, mengikuti acara demi acara, hingga upacara pernikahan selesai.
Ada banyak mata acara dalam upacara pernikahan tradisional. Misalnya, berbagai sambutan, ceramah yang berisi nasihat untuk pengantin (disebut ular-ular penganten), upacara temu pengantin, hiburan (misalnya, berupa tari-tarian), dan sebagainya. Durasi keseluruhan bisa lebih dari dua jam.
Selama acara berlangsung, para tamu tetap duduk manis di kursi masing-masing. Hidangan untuk mereka diantarkan oleh para pelayan. Para tamu tak perlu beranjak dari kursi.
Karena deretan kursi biasanya cukup panjang, para pelayan tidak bisa menjangkau setiap tamu. Piring-piring hidangan biasanya digulirkan secara estafet.
Misalnya, salah satu tamu menerima piring hidangan. Piring itu langsung ia berikan kepada tamu sebelahnya. Begitu seterusnya sampai piring diterima oleh tamu yang duduk di ujung barisan kursi.
Inilah sebenarnya yang disebut Piring Terbang. Para tamu tetap duduk di kursi, piring-piring hidangan itulah yang datang menghampiri, diantarkan oleh para pelayan. Kemudian, piring-piring itu digulirkan secara estafet sampai seluruh tamu kebagian.
Pernikahan ala tradisional dengan demikian berlangsung lama dan melibatkan banyak pelayan yang biasanya disebut Sinoman.
Para Sinoman ini adalah anak-anak muda dari lingkungan sekitar yang bekerja secara sukarela. Biasanya mereka juga aktif dalam organisasi Karang Taruna.
Tradisi Piring Terbang hingga sekarang masih dipraktikkan di berbagai wilayah perdesaan, di mana rasa kekeluargaan, komunalitas, dan tradisi gotong royong masih kuat.
Sebaliknya, di lingkungan perkotaan, tradisi ini semakin luntur, dianggap kurang cocok dan tidak efisien. Untuk lingkungan urban, yang lebih sering dipraktikkan adalah konsep prasmanan.

USDEK, dari Welcome Drink hingga Dessert
Sekarang, sudah jelas apa itu Piring Terbang, yang tak lain adalah cara tradisional menyajikan makanan dalam kondangan pernikahan.
Selanjutnya kita bahas urutan jenis hidangan yang disajikan, yang memakai rumus USDEK.
1. Unjukan
Ketika tamu datang, ia dipersilakan duduk di kursi. Pelayan, atau Sinoman, kemudian akan datang menghampiri sang tamu dan memberikan snack dalam kotak karton serta segelas minuman. Inilah welcome drink alias unjukan.
Jenis minuman ini mengalami perubahan seiring zaman. Dulu, biasanya berupa segelas teh manis. Kemudian, minumannya berkembang menjadi teh botolan, produk pabrikan. Sekarang, kebanyakan yang diberikan berupa air mineral dalam kemasan gelas plastik atau botol kecil.
2. Sop
Setelah beberapa waktu, seiring bergulirnya mata acara upacara pernikahan, tamu akan menerima sepiring sop atau sup. Isian sup biasanya berupa potongan daging ayam, makaroni, dan irisan beberapa jenis sayuran seperti kentang, wortel, kacang kapri, dll.
Dalam bahasa kuliner, sop ini sepertinya berfungsi sebagai appetizer atau hidangan pembuka.
3. Dhahar
Suguhan berikutnya disebut dhahar.
Dhahar adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa halus yang artinya makan. Ini adalah hidangan utama alias main course.
Yang disuguhkan untuk dhahar biasanya berupa sepiring nasi dengan sambal goreng kentang dan ati (hati sapi atau ayam), sepotong daging bistik, acar, dan kerupuk udang.
Sambal goreng kentangnya biasanya adalah jenis yang tidak berkuah. Kadang dilengkapi potongan-potongan kecil petai dan kacang kapri.

4. Es Podeng
Menjelang berakhirnya upacara pernikahan, para tamu disuguhi es podeng. Ini adalah hidangan penutup, pencuci mulut, alias dessert.
Es podeng pengantin berbeda dengan es podeng yang sekarang banyak dijajakan di pinggir jalan oleh para pedagang kaki lima.
Jenis es podeng kekinian biasanya berupa es krim yang dipadukan dengan potongan alpukat, mutiara, tapai ketan hitam, potongan roti tawar, taburan meses, dll. Es jenis ini biasanya diwadahi dalam gelas plastik.
Sementara, es podeng pengantin biasanya disajikan dalam piring atau mangkuk. Es podeng ini sebenarnya adalah es buah. Cairan sirup yang ditambahi potongan beberapa jenis buah seperti nanas, pepaya, kolang-kaling, plus potongan puding.
Tentu, ada sejumlah variasi isian. Tapi, es podeng pengantin pada dasarnya adalah es buah.
5. Kondur
Yang terakhir adalah kondur. Artinya pulang. Upacara pernikahan selesai. Para tamu dipersilakan meninggalkan tempat.
Jadi, kondur bukan jenis hidangan. Kata ini dimasukkan supaya bunyi akronimnya sempurna menjadi USDEK. Juga sebagai indikasi bahwa sesudah menyantap hidangan penutup, berakhir pula acara kondangan.
Nah, sekarang jadi tahu kan, apa itu Piring Terbang dan USDEK. Ini bagian dari kekayaan tradisi kuliner Indonesia yang unik.