
Yuk, kita bahas makanan yang satu ini, yang beberapa waktu belakangan ini sering viral di media sosial di Indonesia. Asalnya dari Korea Selatan.
Mari kita bahas mulai dari nama atau sebutannya dulu.
BACA JUGA: Ini Dia Trik Menikmati Kelezatan Topokki Mukjayo yang Viral, Tanpa Perlu Antre Lama!
Ada yang menyebut dan menuliskan nama makanan itu “Topokki“, namun ada pula yang menuliskannya “Tteokbokki“. Jadi bingung, kan? Mana sebetulnya yang benar?
Dua-duanya tidak keliru. Lah, kok bisa? Begini penjelasannya.
ANTARA EJAAN DAN PENGUCAPAN
Nama makanan itu aslinya ditulis dalam aksara Korea dan diucapkan dengan lidah Korea. Tulisan aslinya adalah 떡볶이.
Aksara itu, jika ditulis dalam aksara Latin, atau istilahnya transliterasi ke aksara Latin, ejaan yang benar sesuai aksara aslinya adalah “Tteokbokki“.
Tt (ㄸ): Diucapkan dengan tekanan kuat, seperti “t” yang ditekan.
eo (ㅓ): Diucapkan seperti “o” dalam kata “tolong”.
k (ㄱ): Diucapkan seperti “k” dalam kata “kaki”.
bokk (볶): Diucapkan seperti “bok” dalam kata “bokor”.
i (이): Diucapkan seperti “i” dalam kata “kiri”.
Sekali lagi, itu cara penulisan Latin yang disesuaikan dengan aksara aslinya.
Namun, jika kita menuliskannya berdasarkan bunyi pengucapan atau pelafalannya, memang jadi lebih mendekati “Topokki“. Sebab, nyatanya, aksara “eo” di atas cukup diucapkan jadi “o” saja.
Selanjutnya, bunyi “bok” dan “pok” dalam pengucapan juga hampir tak ada bedanya. Apalagi, ketika diucapkan sesudah bunyi konsonan “k”.
Jadi, penulisan “Topokki” itu hanya demi kemudahan saja, disesuaikan dengan bunyi pengucapannya.
Penulisan dan pelafalan “Topokki” juga lebih mudah dan familiar bagi orang Indonesia ketimbang “Tteokbokki” yang kesannya lebih rumit.
MAKANAN APA SEBENARNYA?
Nah, kita beralih membahas objeknya. Tteokbokki sebenarnya adalah makanan khas Korea Selatan yang terbuat dari kue beras (tteok) berbentuk silinder yang disajikan dengan saus pedas dan manis.
Sausnya biasanya terbuat dari gochujang (pasta cabai Korea), gochugaru (bubuk cabai), kecap asin, gula, dan bawang putih.
Hidangan ini biasanya dilengkapi dengan bahan lain seperti eomuk (kue ikan), telur rebus, daun bawang, dan kadang juga keju atau mie instan (ramyeon).
Di Korsel, Tteokbokki ini memiliki sejarah panjang dan awalnya dikenal sebagai gungjung tteokbokki. Ini adalah tteokbokki versi istana kerajaan dengan saus kecap asin, daging, dan sayuran.
Versi pedas makanan ini baru mulai populer sejak pertengahan abad ke-20 dan kini menjadi salah satu makanan jalanan (street food) yang paling terkenal di Korea.

ASAL-USULNYA DARI ISTANA
Tteokbokki awalnya dikenal sebagai gungjung tteokbokki (궁중떡볶이), yang berarti “tteokbokki istana.”
Makanan ini berasal dari era Dinasti Joseon (1392–1897) dan awalnya bukan makanan pedas.
Versi kerajaan ini berbahan dasar tteok (kue beras) yang dimasak dengan saus kecap asin (ganjang, 간장), minyak wijen, daging sapi, jamur, wortel, dan sayuran lainnya.
Rasanya gurih dan sedikit manis, berbeda dengan versi pedas yang dikenal sekarang.
Perubahan besar terjadi pada pertengahan abad ke-20.
Setelah Perang Korea (1950–1953), cabai dan pasta cabai merah (gochujang) menjadi bahan yang lebih umum digunakan di Korea.
Sekitar tahun 1953, seorang wanita bernama Ma Bok-rim, yang tinggal di kawasan Sindang-dong, Seoul, tanpa sengaja menjatuhkan tteok ke dalam saus gochujang. Rasanya ternyata jadi lezat sekali.
Ma Bok-rim kemudian mulai menjual versi pedas tteokbokki ini. Dari sinilah lahir tteokbokki modern yang rasanya pedas manis, yang kemudian menjadi jajanan kakilima yang sangat populer.
Kawasan Sindang-dong lantas menjadi pusat tteokbokki, dengan banyak warung yang menyajikan variasi hidangan ini.
Hingga sekarang, daerah ini masih dikenal sebagai “Kota Tteokbokki” dan menjadi tujuan wisata kuliner bagi para pencinta makanan Korea.
Kini, tteokbokki telah berkembang menjadi berbagai macam variasi. Antara lain:
- Cheese Tteokbokki: Ditambahkan keju leleh untuk memberikan rasa gurih.
- Rabokki: Kombinasi tteokbokki dengan mie instan (ramyeon).
- Rose Tteokbokki: Menggunakan saus krim berbasis gochujang sehingga lebih creamy dan tidak terlalu pedas.
- Jjajang Tteokbokki: Menggunakan saus kacang hitam Korea (jjajang).
POPULER DI KOREA SELATAN
Dari makanan istana hingga bertransformasi menjadi jajanan jalanan, tteokbokki terus berkembang dan menjadi salah satu hidangan Korea yang paling populer.
Namun, popularitas tteokbokki di Korea tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor penting—baik historis, sosial, maupun budaya—yang mendorong makanan ini menjadi sangat digemari di kalangan masyarakat Korea.
1. Simpel dan Murah, Cocok untuk Jajanan Kakilima
Setelah Perang Korea, kondisi ekonomi yang sulit membuat masyarakat mencari makanan yang mengenyangkan tapi tetap terjangkau.
Tteok (kue beras) murah dan mudah didapat. Ketika dikombinasikan dengan saus gochujang, hasilnya adalah makanan yang sederhana namun lezat.
2. Rasa Pedas-Manis yang “Nagih”
Ciri khas rasa tteokbokki yang pedas dan manis sesuai dengan selera banyak orang Korea, yang secara budaya memang menyukai rasa pedas.
Sensasi pedas dari gochujang juga memberi efek adiktif ringan yang membuat orang ingin terus mencicipinya.
3. Mudah Dimodifikasi dan Variatif
Tteokbokki sangat fleksibel. Bisa dimodifikasi dengan bahan tambahan seperti mie instan, keju, telur, kue ikan, bahkan seafood.
Fleksibilitas ini membuatnya terus relevan dan menarik bagi berbagai generasi.
4. Cocok untuk Berbagi dan Berkumpul
Secara budaya, masyarakat Korea senang makan bersama. Tteokbokki biasanya disajikan dalam porsi besar, cocok untuk disantap ramai-ramai di warung atau restoran kecil, yang memperkuat fungsi sosial makanan ini.
5. Mudah Diperoleh di Mana Saja
Dari sekolah, stasiun kereta, hingga pusat perbelanjaan, tteokbokki tersedia hampir di mana-mana.
Aksesibilitas ini mempermudah siapa saja, terutama pelajar dan pekerja muda, untuk menikmatinya kapan saja.
6. Peran Inovasi Kuliner
Restoran-restoran khusus tteokbokki, seperti tteokbokki buffet (all-you-can-eat), ikut mendorong tren ini.
Mereka menciptakan variasi baru yang menggoda, dari rasa gurih keju hingga versi “rose” yang lembut dan creamy, menarik generasi muda yang suka mencoba hal baru.

MENGAPA JADI POPULER JUGA DI INDONESIA?
Tteokbokki populer di negeri asalnya karena ia memenuhi tiga kebutuhan utama masyarakat modern: murah, enak, dan fleksibel.
Ini kemudan juga diperkuat oleh budaya makan bersama yang khas Korea.
Bagaimana dengan di Indonesia? Mengapa makanan asal Korea ini juga jadi populer di sini? Berikut beberapa penjelasannya.
1. Efek Korean Wave (Hallyu)
Fenomena ini adalah faktor utama. Drama Korea, film, variety show, dan K-pop sering menampilkan tteokbokki sebagai makanan sehari-hari.
Adegan artis Korea makan tteokbokki dengan lahap, sambil ngobrol atau bercanda, menciptakan kesan bahwa makanan ini akrab, menyenangkan, dan wajib dicoba.
Fans Indonesia yang mengikuti idol atau drama favorit sering kali terdorong untuk mencoba makanan yang sama sebagai bentuk kedekatan emosional dan kultural.
2. Viral di Media Sosial dan Video Kuliner
Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube penuh dengan konten mukbang, review makanan Korea, atau tutorial membuat tteokbokki rumahan.
Banyak dari video ini viral karena visual tteokbokki sangat menggoda. Saus merah kental, keju meleleh, dan tekstur kenyal tteok.
Penyajian yang menggugah selera membuatnya sangat cocok untuk konten visual dan promosi makanan.
3. Tekstur dan Cita Rasa yang Menarik Lidah Lokal
Orang Indonesia sudah terbiasa dengan makanan pedas dan manis—dua rasa yang dominan dalam tteokbokki.
Selain itu, tekstur tteok yang kenyal mengingatkan pada cilok, pempek, atau lontong, sehingga tidak terlalu asing bagi lidah lokal. Ini menciptakan keterhubungan rasa dan selera.
4. Simbol Gaya Hidup Kekinian
Makan tteokbokki kini menjadi bagian dari gaya hidup anak muda urban yang mengikuti tren Korea.
Sama seperti bubble tea, mencoba tteokbokki bisa memberi kesan “ikut tren,” terutama di kalangan pengguna media sosial.
Ini juga mendorong pelaku bisnis kuliner untuk menyediakannya sebagai menu.
5. Inovasi Lokal: Rasa dan Penyajian ala Indonesia
Tteokbokki mudah diadaptasikan dengan selera lokal. Misalnya, bisa diberi saus atau topping yang lebih familiar dengan budaya kuliner dan lidah lokal.
Kombinasi ini bisa memperluas pasar dengan cepat karena lebih mudah diterima oleh mereka yang belum terbiasa dengan rasa khas Korea.
Nah, setelah membaca narasi ini, sekarang Anda pasti jadi lebih paham tentang apa itu Topokki atau Tteokbokki, kan? Kalau belum pernah mencicipi, tinggal Anda coba bagaimana rasanya.